Senin, 30 Mei 2011

Wisata Murah Namun Kaya akan Hasanah Budaya

17 mei 2011 merupakan hari raya trisuci waisak 2555 BE, saya dan ketiga teman menyempatkan waktu untuk menyaksikan perayaan tersebut dicandi borobudur dan mendut , acaranya berlangsung sangat hikmat dan berjalan dengan lancar, waisak merupakan hari raya umat Budha, namun walaupun begitu banyak sekali agama-agama lain yang datang untuk menyaksikan atau sekedar berwisata ke candi borobudur, pluralisme di saat pada saat itu sangat nampak, hampir semua ras, suku dan agama ada disana. keadaan tersebut benar-benar menggambarkan indonesia yang sesungguhnya dan seharusnya.

Saya dan ketiga orang teman berangkat dari kos didaerah yogyakarta sekitar pukul 23.00 wib, kami berempat mencoba untuk bermalam diborobudur. Karena kami berngkat malam hari sehingga perjalanan kami perjalanan dengan lancar dan aman, walaupun lama tiba disana (borobudur) karena sebelumnya didaerah sleman yogykarta kami menyisikan waktu sebentar untuk makan. Setibanya disana sekitar pukul 1 malam, susana memang sepi tetapi masih ada orang yang berlalu lalang, kami pun berempat mencari jasa penitipan motor dan tidak lama kemudian beberapa teman kami datang kemudian bergabung. Karena keuangan yang sedikit, dan uang kami pada saat itu mustahil untuk bermalam dipenginapan, kemudian kami secara beramai-ramai memutuskan untuk tidur di tempat parkir., pemilik parkir pun tidak keberatan kami tidur disitu, mereka senang karena ada yang menemani ngobrol disaat tugas malam menjaga parkiran.

Karena kondisi badan yang sudah kelelahan dan kita semua membutuhkan stamina yang extra agar bisa memotret perayaan waisak tersebut. Ketika adzan kami bangun dan kemudian melakukan sholat subuh, kita pun berinisiatif untuk melihat borobudur dari ketigian dan menikmati sunrise disana, ternyata dari tepat kami tidur semalam jarak kebukit yang ingin kami tuju tidak terlalu jauh, nama bukitnya kalau tidak salah Among Rogo, dan arah jalanya lewat depan manohara lurus terus mengikuti jalan, sampai jalan itu mengecil, semakin mengecil dan kemudian ada sebuah tangga menuju keatas.

Setelah sampai dibukit tersebut kami menitipkan kendaraan kami dirumah penduduk yang persis ada disebelah tangga naik keatas bukit, pemilik rumah yang ramah tersebut kemudian membolehkan kami menitipkan motor dihalaman rumahnya. Saya beberpa teman saya kemudian melanjutkan pendakian melewati anak tangga, agar bisa mendapatkan view yang diharapkan, oh iya tujuan kami keborobudur untuk hunting foto perayaan waisak sebagian ada yang untuk tugas kuliah dan yang lain ada yang untuk koleksi pribadi. Oke.. lanjut lagi.. Setelah anak tangga habis kami mendapati sebuah saung yang tidak begitu besar namun nyaman dan bagus, dari saung itu kita bisa melihat hamparan awan dan pegunungan, dari tepat itu gunung merapi, gunung merbabu dan ada 2 gunung lagi yang tidak saya ketahui namanya.

Bukit Among Rogo yang kami datangi itu sangat indah dan masih alami, sebagian masih menyisakan bekas keperkasaan merapi waktu erupsi, keadaan alam yang indah ditambah dengan suasanan pagi yang sejuk dan matahari yang masih malu-malu mengitip di belakang merapi membuat rasa lelah perjalanan kami terbayar semua. Tujuan kami kesitu adalah untuk memotret borobudur dari ketinggian, namun sangat disayangkan, kabut pagi itu saya semangat menutupi pandangan yang ada dibawah. Walaupun begitu sunrise yang begitu eksotis dengan bias cahayanya begitu memanjakan mata kami pada saat itu, teman-teman saya dan ada 2 orang lagi yang sedang hunting foto, kemudian dengan cekatan mengabadikan keadaan alam tersebut.


Pemandangan dari bukit among rogo


entah gunung sindoro atau sumbing itu : D

dan akhirnya nongol juga : D

Setelah puas memanjakan mata dan menenangkan hati dan pikiran kami, kemudian sekitar jam 8 pagi kami bergegas untuk turun ke borobudur, suasana mulai ramai, dan banyak petugas kepolisian bersiap-siap mengamankan acara. Setelah sarapan kami berinsitif untuk mencari spot-spot yang bagus agar bisa memotret karnaval atau iring-iringan yang yang awal perjalananya dari candi mendut. Waw.. iringan-iringanya sangat panjang sekali, sesampainya dipintu gerbang borobudur (manohara) kami pun terus memotret dan mengikuti iring-iringan sampai kepelataran candi borobudur.




iring-iringan dari candi mendut ke candi borobudur

Acara perayaan dimulai, kami mencoba mengambil gambar sedikit dan tidak lama kemudian beristirahat, suasana borobudur sangat panas namun banyak pohon-pohon besar dan konsumsi air mineral gratis dai panitia waisak membuat tubuh kami yang kepanasan bisa didinginkan. Setelah puas memotret acara kami pun menyempatkan diri untuk jalan-jalan menikmati candi borobur dan menyusurinya dari tingkat ke tingkat. Sekitar pukul 15.30 kami memutuskan untuk pulang ke yogyakarta, walaupun rangkaian acara perayaan waisak masih ada sampai malam hari, dikarenakan kondisi kami yang kelelaha, kami terpaksa untuk tidak mengikuti rangkaian acara selanjutnya.

suasana dipelataran candi borobudur





Akhirnya sampai dijogjakarta dengan selamat, kemudian pulang ke kosa-an kami masing-masing untuk beristirahat. Disela-sela tubuh yang keleahan dan mata yang hampir terpejam, memori diotak kami masih mengingat kejadian dan pengalaman yang luar biasa, yang bisa dijadikan bahan cerita untuk teman-teman kami, keluarga, anak-anak kami nanti dan bahkan untuk dunia.


*biaya yang dikeluarkan : untuk makan sekitar Rp 6000/porsi x 3, minum sekitar Rp200/gelas x 3. biaya bensin permotor Rp 15000 (PP) yogyakarta-magelang-yogyakarta. keperluan lainya sebesar Rp 15000/orang. dikarenakan sedang meliput acara sehingga kami tidak kena biaya masuk. sekian. : ) so, berwisata itu gak harus mahal kan? : )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar